MEMBUMIKAN
AKHLAK NABI:
HAPPY
BIRTHDAY NABIKU
Oleh :
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal
( Dr. Ir. Helmy Faishal Zaini )
Innallȃha wa malȃikatahu
Yushallûna ‘alannabi Yȃ Ayyuhalladzîna ȃmanû shallû ‘alaihi wa sallimû Taslîmȃ
Datangnya bulan Rabiul
Awwal mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Betapa
tidak, tepatnya hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal merupakan hari kelahiran Nabi
yang agung, Nabi yang mulia dan Nabi akhir zaman (khatamunnabiyyîn),
Nabi Muhammad saw. Kehadiran-Nya di dunia ini telah membawa perubahan sekaligus
berkah bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamien). Beliau banyak
mereformasi aturan-aturan atau hukum-hukum yang sebelumnya tidak berpihak bagi
kemanusiaan menjadi aturan yang mengangkat derajat kemanusiaan. Segala tradisi jahiliyah
yang bersifat destruktif, penindasan dan diskriminasi seperti tradisi
perbudakan, mengkonsumsi minuman keras, kebolehan menikahi mahram dan
lain-lain, tahap demi tahap dikikis habis kemudian diganti dengan aturan yang
sesuai dengan fitrah manusia.
Bulan Rabiul Awwal
atau yang dikenal dengan bulan Maulid Nabi (bulan kelahiran Nabi Muhammad saw)
sangat perlu untuk kita peringati bersama sebagaimana hari-hari besar lainnya.
Umat Islam sudah sepatutnya memperingati hari kelahiran-Nya dalam rangka
mengingat kembali perjuangan Rasulallah saw sekaligus berusaha untuk mencontoh
akhlak mulia beliau untuk diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Akhlak Rasulallah
saw adalah al-Qur’an, hal ini berarti
bahwa segala perkataan dan tindakan beliau tidak bertentangan dengan isi al-Qur’an itu sendiri. Segala
tindak tanduk atau prilaku beliau berlandaskan pada Al-Qur’an al-Karim. Lewat
beliaulah penafsiran dan penjelasan al-Quran itu diperoleh. Maka tidak keliru jika Al-Jîli
mempersonifikasi Nabi Muhammad saw sebagai insan kamil (manusia sempurna) yang
dilahirkan ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana di lansir dalam
sebuah hadis Nabi yang artinya:
“Tidaklah kami
diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Profile Nabi
Muhammad saw yang melekat pada-Nya empat sifat sempurna yaitu Siddiq
(jujur), Amanah (menjaga amanat), Tabligh (komitmen Dakwah) dan Fathanah
(Cerdas), harus kita contoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Bila komponen bangsa berpegang pada empat sifat tersebut maka dapat
dipastikan terwujudnya negeri yang aman damai, sentosa dan sejahtera lahir
maupun batin (Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur). Sebagaimana firman
Allah dalam al-Qur’an: Surah al-A’raf ayat 96:
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri itu
beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya”
Implementasi sifat
siddiq, amanah, tablig, dan fathanah dalam kehidupan bermasyarakat adalah
bagian dari tanda komitmen keimanan seorang muslim, Sehingga apabila dijalankan
dengan baik dan benar maka hal tersebut akan berdampak positif bagi diri
sendiri, lingkungan dan masyarakat luas pada umunya. Keimanan yang utuh dapat
memberikan keberkahan, kesejahteraan bagi masyarakat di sekeliling kita. Mungkin
kita tidak bisa se-fathanah (secerdas) nabi dalam berfikir dan bertindak,
dan juga tidak se-istiqomah Nabi dalam ber-tabligh (dakwah), namun
setidaknya dua hal lain dari empat sifat yang melekat pada diri nabi di atas
yaitu siddiq (jujur) dan amanah (menjaga amanah) patut kita tancap
dan pegangang dalam hidup ini. Dua sifat ini mudah untuk diucapkan namun sangat
sulit untuk dipraktikkan. Terjadinya penyelewengan, penggelapan, dan sikap
amoral lainnya semua itu terjadi selain karena keserakahan manusia, juga karena
sikap jujur sudah terhempas dari diri seseorang. Saat ini, sangat sulit untuk
mencari orang yang benar-benar jujur, benar-benar setia dan komit dalam memegang
amanah. Kejujuran dan amanah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Karena orang jujur pasti amanah dan
orang yang amanah pasti jujur. Rasulallah saw diberi gelar al-Amien
(terpercaya) karena beliau sangat menjaga amanah yang dibebankan kepada-Nya.
Beliau juga tidak pernah berbohong sehingga dapat dipercaya dan diterima oleh
semua suku pada waktu itu.
Track record seperti inilah yang
diperintahkan oleh Allah swt. untuk kita ambil sebagai suri tauladan dari Nabi
kita Nabi Muhammad saw, kapanpun dan dimanapun kita berada sebagaimana
difirmankan oleh Allah swt dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 21:
“Sungguh telah ada
pada diri Rasullalah saw itu suri tauladan yang baik, yakni bagi mereka yang
mengharapkan (rahmat) Allah dan kedatangan
hari akhir dan dia banyak menyebut Allah”
Harus diakui bahwa
Rasulallah saw memiliki khazanah pesona yang luar biasa untuk kita contoh
bersama, baik dalam tutur sapa, tata krama, dan moral-etika. Momentum maulid
nabi ini hendaknya kita jadikan sebagai “alarm” untuk mengingatkan dan me-refresh
kembali akan mulianya sifat dan akhlak Nabi. Karena saat ini persoalan moral
atau etika sudah mulai tergerus oleh persoalan duniawi yang bersifat
materialistik dan hedonistik. Banyak orang pada saat ini sudah tidak
mengindahkan lagi etika sosial dan moral agama. Seringkali kita membaca,
mendengarkan sekaligus menyaksikan berita di layar televisi tentang merosotnya
nilai-nilai moral di tengah masyarakat kita.
Munculnya berbagai
kasus kriminal seperti pencurian dan perampokan, tindakan seorang anak yang membunuh
ayahnya, begitu juga dengan prilaku seorang bapak yang mencabuli anaknya,
maraknya tawuran antar pelajar, prilaku destruktif seorang mahasiswa terhadap
dosen dan kampusnya, korupsi para pejabat makin merajalela, semuanya itu
merupakan sederet kasus yang kerapkali muncul disekeliling kita. Kita pasti
sepakat bahwa aneka perbuatan negatif tesebut adalah perbuatan yang berlawanan
dengan akhlak Nabi Muhammad saw. Akhir-akhir ini di tengah masyarakat kita secara
massal sudah menjauh dari ajaran-ajaran yang telah dibumikan oleh Rasulallah
saw lima belas abad silam.
Kita patut
bersyukur dengan lahirnya seorang nabi yang mulia, nabi yang telah mewarnai
dunia dari kejahiliahan menuju dunia yang penuh dengan peradaban (civil
society). Kata happy birtday nabi
dapat saja kita ucapkan sebagaimana kita ucapkan kepada anak, saudara, orangtua
maupun sahabat karib kita. Namun kepada Rasulallah saw tidak cukup hanya
mengucapkan happy birthday Nabiku semata, melainkan perlu lebih dalam
menghayati, menginternalisasi dan membumikan nilai-nilai yang ada pada diri Nabi
Muhammad ke dalam diri kita dan dunia sosial kita. Sekaranglah saatnya untuk
menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kelahiran kepada nabi kita tentu dengan
banyak-banyak bershalawat atas-Nya, karena memperbanyak shalawat kepada beliau menandakan
kecintaan kita kepada-Nya. Ketika kita cinta kepada Nabi maka Nabipun pasti
akan mencintai kita.
Selain itu, pada
bulan maulid ini kita juga perlu mengingat perjuangan nabi Muhammad saw dalam
menegakkan kebenaran bersama para sahabat beliau yang jujur, amanah dan punya
komitmen dalam menegakkan kalimat tauhid di bumi persada. Perjuangan mereka
yang tak kenal lelah, tidak cepat menyerah apalagi mengenal lelah dan
membutuhkan badget yang besar tidak menjadi penghalang untuk terus berkarya dan
berkiprah demi membangun umat yang beriman, aman damai dan sejatera.
Momentum maulid nabi
ini merupakan saat yang tepat untuk berbenah diri, introspeksi terhadap diri
kita sendiri, sejauhmana kita telah mencontoh akhlak nabi Muhammad saw.
Seberapa banyak kita melantunkan shalawat kepada beliau, padahal Allah swt dan
para malaikatnya bershalawat kepada-Nabi Muhammad saw.
Allôhumma sholli
Alȃ sayyidinȃ Muhammad wa ‘alȃ ȃlihi wa azwȃjihi wa awlȃdihi wa dzurriyyathi wa
ahlibaitihî wa sohbihî wasallim. Wallôhu
a’lam......
Jaya Negeriku Bangkit Bangsaku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar