>
  • MEMBUMIKAN AKHLAK NABI: HAPPY BIRTHDAY NABIKU
  • Dihadiri oleh Menteri PDT RI, Wakil Menteri Agama RI dan Gubernur NTB
  • Pak Rektor membuka Wokshop KERJASAMA KEMENTERIAN NEGARA PDT RI DENGAN PUSAT PENGEMBANGAN BISNIS IAIN MATARAM Tahap I
  • Pak Wakil Rektor II membuka Wokshop KERJASAMA KEMENTERIAN NEGARA PDT RI DENGAN PUSAT PENGEMBANGAN BISNIS IAIN MATARAM Tahap IIMaulidan bersama Pak Rektor dan Staf Ahli Kementerian PDT
  • Bersama Kementerian PDT RI
  • Maulidan
  • Kerjasama dengan Post Kota NTB
  • Menghadri Pembukaan MTQ tingkat Kec.Gunungsari
  • Temu Alumni Wokshop PDT Tahap I dan II
  • Chak IN di Hotel Jayakarta

Jumat, 24 Januari 2014

MEMBUMIKAN AKHLAK NABI: HAPPY BIRTHDAY NABIKU



MEMBUMIKAN AKHLAK NABI:
HAPPY BIRTHDAY NABIKU
Oleh :
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal
( Dr. Ir. Helmy Faishal Zaini )


Innallȃha wa malȃikatahu Yushallûna ‘alannabi Yȃ Ayyuhalladzîna ȃmanû shallû ‘alaihi wa sallimû Taslîmȃ

Datangnya bulan Rabiul Awwal mengingatkan kita kepada suatu peristiwa yang sangat penting  dalam sejarah peradaban umat manusia. Betapa tidak, tepatnya hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal merupakan hari kelahiran Nabi yang agung, Nabi yang mulia dan Nabi akhir zaman (khatamunnabiyyîn), Nabi Muhammad saw. Kehadiran-Nya di dunia ini telah membawa perubahan sekaligus berkah bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamien). Beliau banyak mereformasi aturan-aturan atau hukum-hukum yang sebelumnya tidak berpihak bagi kemanusiaan menjadi aturan yang mengangkat derajat kemanusiaan. Segala tradisi jahiliyah yang bersifat destruktif, penindasan dan diskriminasi seperti tradisi perbudakan, mengkonsumsi minuman keras, kebolehan menikahi mahram dan lain-lain, tahap demi tahap dikikis habis kemudian diganti dengan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Bulan Rabiul Awwal atau yang dikenal dengan bulan Maulid Nabi (bulan kelahiran Nabi Muhammad saw) sangat perlu untuk kita peringati bersama sebagaimana hari-hari besar lainnya. Umat Islam sudah sepatutnya memperingati hari kelahiran-Nya dalam rangka mengingat kembali perjuangan Rasulallah saw sekaligus berusaha untuk mencontoh akhlak mulia beliau untuk diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.  
Akhlak Rasulallah saw adalah al-Qur’an, hal ini  berarti bahwa segala perkataan dan tindakan beliau tidak bertentangan  dengan isi al-Qur’an itu sendiri. Segala tindak tanduk atau prilaku beliau berlandaskan pada Al-Qur’an al-Karim. Lewat beliaulah penafsiran dan penjelasan al-Quran itu diperoleh.  Maka tidak keliru jika Al-Jîli mempersonifikasi Nabi Muhammad saw sebagai insan kamil (manusia sempurna) yang dilahirkan ke bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana di lansir dalam sebuah hadis Nabi yang artinya:
“Tidaklah kami diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Profile Nabi Muhammad saw yang melekat pada-Nya empat sifat sempurna yaitu Siddiq (jujur), Amanah (menjaga amanat), Tabligh (komitmen Dakwah) dan Fathanah (Cerdas), harus kita contoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bila komponen bangsa berpegang pada empat sifat tersebut maka dapat dipastikan terwujudnya negeri yang aman damai, sentosa dan sejahtera lahir maupun batin (Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur). Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an: Surah al-A’raf ayat 96:
“Jikalau sekiranya  penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”
Implementasi sifat siddiq, amanah, tablig, dan fathanah dalam kehidupan bermasyarakat adalah bagian dari tanda komitmen keimanan seorang muslim, Sehingga apabila dijalankan dengan baik dan benar maka hal tersebut akan berdampak positif bagi diri sendiri, lingkungan dan masyarakat luas pada umunya. Keimanan yang utuh dapat memberikan keberkahan, kesejahteraan bagi masyarakat di sekeliling kita. Mungkin kita tidak bisa se-fathanah (secerdas) nabi dalam berfikir dan bertindak, dan juga tidak se-istiqomah Nabi dalam ber-tabligh (dakwah), namun setidaknya dua hal lain dari empat sifat yang melekat pada diri nabi di atas yaitu siddiq (jujur) dan amanah (menjaga amanah) patut kita tancap dan pegangang dalam hidup ini. Dua sifat ini mudah untuk diucapkan namun sangat sulit untuk dipraktikkan. Terjadinya penyelewengan, penggelapan, dan sikap amoral lainnya semua itu terjadi selain karena keserakahan manusia, juga karena sikap jujur sudah terhempas dari diri seseorang. Saat ini, sangat sulit untuk mencari orang yang benar-benar jujur, benar-benar setia dan komit dalam memegang amanah. Kejujuran dan amanah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Karena orang jujur pasti amanah dan orang yang amanah pasti jujur. Rasulallah saw diberi gelar al-Amien (terpercaya) karena beliau sangat menjaga amanah yang dibebankan kepada-Nya. Beliau juga tidak pernah berbohong sehingga dapat dipercaya dan diterima oleh semua suku pada waktu itu.  
Track record seperti inilah yang diperintahkan oleh Allah swt. untuk kita ambil sebagai suri tauladan dari Nabi kita Nabi Muhammad saw, kapanpun dan dimanapun kita berada sebagaimana difirmankan oleh Allah swt dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 21:
“Sungguh telah ada pada diri Rasullalah saw itu suri tauladan yang baik, yakni bagi mereka yang mengharapkan  (rahmat) Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut Allah”
Harus diakui bahwa Rasulallah saw memiliki khazanah pesona yang luar biasa untuk kita contoh bersama, baik dalam tutur sapa, tata krama, dan moral-etika. Momentum maulid nabi ini hendaknya kita jadikan sebagai “alarm” untuk mengingatkan dan me-refresh kembali akan mulianya sifat dan akhlak Nabi. Karena saat ini persoalan moral atau etika sudah mulai tergerus oleh persoalan duniawi yang bersifat materialistik dan hedonistik. Banyak orang pada saat ini sudah tidak mengindahkan lagi etika sosial dan moral agama. Seringkali kita membaca, mendengarkan sekaligus menyaksikan berita di layar televisi tentang merosotnya nilai-nilai moral di tengah masyarakat kita.
Munculnya berbagai kasus kriminal seperti pencurian dan perampokan, tindakan seorang anak yang membunuh ayahnya, begitu juga dengan prilaku seorang bapak yang mencabuli anaknya, maraknya tawuran antar pelajar, prilaku destruktif seorang mahasiswa terhadap dosen dan kampusnya, korupsi para pejabat makin merajalela, semuanya itu merupakan sederet kasus yang kerapkali muncul disekeliling kita. Kita pasti sepakat bahwa aneka perbuatan negatif tesebut adalah perbuatan yang berlawanan dengan akhlak Nabi Muhammad saw. Akhir-akhir ini di tengah masyarakat kita secara massal sudah menjauh dari ajaran-ajaran yang telah dibumikan oleh Rasulallah saw lima belas abad silam.   
Kita patut bersyukur dengan lahirnya seorang nabi yang mulia, nabi yang telah mewarnai dunia dari kejahiliahan menuju dunia yang penuh dengan peradaban (civil society).  Kata happy birtday nabi dapat saja kita ucapkan sebagaimana kita ucapkan kepada anak, saudara, orangtua maupun sahabat karib kita. Namun kepada Rasulallah saw tidak cukup hanya mengucapkan happy birthday Nabiku semata, melainkan perlu lebih dalam menghayati, menginternalisasi dan membumikan nilai-nilai yang ada pada diri Nabi Muhammad ke dalam diri kita dan dunia sosial kita. Sekaranglah saatnya untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kelahiran kepada nabi kita tentu dengan banyak-banyak bershalawat atas-Nya, karena memperbanyak shalawat kepada beliau menandakan kecintaan kita kepada-Nya. Ketika kita cinta kepada Nabi maka Nabipun pasti akan mencintai kita.
Selain itu, pada bulan maulid ini kita juga perlu mengingat perjuangan nabi Muhammad saw dalam menegakkan kebenaran bersama para sahabat beliau yang jujur, amanah dan punya komitmen dalam menegakkan kalimat tauhid di bumi persada. Perjuangan mereka yang tak kenal lelah, tidak cepat menyerah apalagi mengenal lelah dan membutuhkan badget yang besar tidak menjadi penghalang untuk terus berkarya dan berkiprah demi membangun umat yang beriman, aman damai dan sejatera.
Momentum maulid nabi ini merupakan saat yang tepat untuk berbenah diri, introspeksi terhadap diri kita sendiri, sejauhmana kita telah mencontoh akhlak nabi Muhammad saw. Seberapa banyak kita melantunkan shalawat kepada beliau, padahal Allah swt dan para malaikatnya bershalawat kepada-Nabi Muhammad saw.  
Allôhumma sholli Alȃ sayyidinȃ Muhammad wa ‘alȃ ȃlihi wa azwȃjihi wa awlȃdihi wa dzurriyyathi wa ahlibaitihî wa sohbihî wasallim.  Wallôhu a’lam......
Jaya Negeriku Bangkit Bangsaku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer